Siapa juga yang tidak takut, melihat price list harga resort disana berkisar Rp 1,1 juta hingga Rp 3 juta per malam, per orang. Bukan per kamar. Untuk resort di pinggir laut milik lokal yang paling murah pun sekita Rp 500 ribu per malam, per orang. Untungnya saya ke Rajaampat mengikuti fasilitas perusahaan (Out Bond dan mengantar Tamu dari Jakarta) tinggal di pantai Waiwo Waisai, salah satu wilayah selatan di pulau terbesar Raja Ampat, Waigeo dan Mansuar.
Gerombolan Ikan di bawah dermaga
Apa yang bisa saya lakukan di Raja Ampat hanya dalam satu malam, cukup memberikan kesan bahwa saya harus kembali lagi ke tempat ini. Sore hari setelah membereskan barang, kami diajak untuk sedikit berkeliling di depan teluk kabui, melihat perkampungan serta dermaga yang biasa penduduk kampung sapokrem gunakan untuk memancing. Bukan dermaga biasa, penduduk disana bisa dikatakan memelihara ikan di sekitar dermaga. Sehingga ada banyak jumlah ikan yang berkeliaran di bawahnya.
Dilihat dari atas air, nampak warna kehitaman seperti lumut bergerombol di bawah dermaga. Ketika saya mencoba snorkeling (karena penasaran tentunya), ternyata benar gerombolan berwarna hitam itu adalah ikan-ikan berbagai ukuran, berenang dengan gerakan dan arah yang berirama, berjumlah sangat banyak.
Saya bayangkan, kalau saja penduduk ini menangkap mereka dengan jaring, pastinya bisa ratusan ikan yang langsung tertangkap. Akan tetapi mereka sepertinya memang lebih memilih menangkap ikan dengan cara ramah lingkungan. Yaitu dengan tidak menggunakan jaring, sehingga hanya sejumlah kecil ikan yang tertangkap, bukan seperti pukat harimau yang menangkap seluruh jenis hewan laut.
Raja Ampat bagi Non-Diver tetap surga
Saya ingin memberikan sedikit saran bagi yang ingin ke Raja Ampat. Untuk yang sudah bisa menyelam terutama dengan level advanced, tentunya ini adalah surga bagi kalian. Mendengar dari teman saya yang telah menyelam di Raja Ampat, satu minggu sama sekali tidak cukup untuk mencicipi banyaknya titik penyelaman di daerah ini.
Oleh karena itu, pilihlah resort yang memang menyediakan fasilitas penyelaman dengan guide yang memang berpengalaman dan tahu dimana letak titik penyelaman yang diinginkan. Tetapi jika ingin kesana dengan harga miring, bisa saja datang ke homestay-homestay seperti yang dimiliki Bapak Ahmad, dan menggunakan jasa menyelam saja ke resort-resort yang telah memiliki fasilitas bagi penyelam.
Untuk yang belum bisa menyelam, tidak benar kalau kita tidak bisa menikmati perjalanan di Raja Ampat. Banyak lanskap-lanskap unik yang hanya bisa dilihat di kepulauan ini. Teluk Kabui yang menyerupai labirin dengan dinding-dinding karang yang eksotis, serta Kepulauan Wayag dengan banyak pasir putih dan pantai biru muda yang merupakan icon utama Raja Ampat, hanyalah sebagian kecil dari keindahan yang dapat kita lihat tanpa perlu menyelam atau masuk ke dalam laut.
Jika kita sedikit masuk ke dalam laut seperti ber-snorkeling, dari yang sudah saya alami sendiri, keindahan bawah laut yang ditawarkan memang sangat indah dan masih asri dibandingkan tempat-tempat lain yang sudah menjadi tujuan umum bagi para turis.
Jadi, siapa bilang untuk berlibur ke Raja Ampat kita harus menghabiskan dana hingga belasan juta. Termasuk dengan biaya pesawat ke Kota Sorong (kurang lebih Rp 2,5-3 juta pulang-pergi), sebetulnya bisa saja dengan dana Rp 6-8 juta untuk berlibur ke Raja Ampat selama satu minggu. Tentunya dengan catatan harus mau share kapal dengan minimal 7 orang untuk keliling di Kepulauan Raja Ampat, dan menginap di homestay-homestay atau rumah penduduk di sana.
Jangan dibandingkan harga Rp 6-8 juta berlibur di Raja Ampat dengan berlibur ke luar negeri. Pengalaman yang didapat akan jauh berbeda dan justru membuat kita ketagihan untuk kembali lagi ke sana, atau mengeksplor tempat-tempat lain di Indonesia.
Selain itu, kita juga dapat membantu penghasilan bagi para penduduk setempat. Para turis internasional pun ikut mengantre untuk dapat datang ke Raja Ampat. Oleh karena itu, tunjukkan bahwa kita memang mencintai alam indonesia dan sambangi salah satu destinasi wajib ini bagi mereka yang mengaku petualang dan traveler
Tidak ada komentar:
Posting Komentar